Keselarasan Ilmu Genetika dan Islam
Tafsir Ayat-Ayat IPTEK
.png)
Genetika adalah ilmu tentang gen dan prinsip-prinsipnya dan mekanisme hereditas atau cara suatu sifat diturunkan dari orang tua kepada keturunannya. Ilmu genetika dapat membantu
keluarga yang terkena kelainan genetik lebih memahami mereka dan kemungkinan strategi untuk mengurangi insidensi dari kelainan genetik tersebut. Dari sudut pandang orang beriman, sains dan agama harus selaras. Saat sains berusaha menggambarkan realitas dan mekanisme penciptaan, akan tetapi hanya Sang Pencipta, Allah SWT. Yang Maha Mengetahui.
Dalam buku yang ditulis Ir. H. Ahmad Gazali menggambarkan pandangan islam terhadap ilmu genetika berdasarkan pada ayat dibawah:
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alquran itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" (QS. Fushshilat [41]: 53)
Ayat tersebut menjadi inspirasi manusia untuk berusaha “membaca” gennya sendiri sebagai usaha untuk lebih mengenal dirinya sendiri dan sebagai bentuk syukur terhadap Allah SWT. Pembelajaran gen memberikan kontribusi terhadap berbagai macam bidang seperti kesehatan, pangan, dan lainnya. Contoh dalam bidang kesehatan gen dapat mengungkap penyakit keturunan (kelainan gen) pada manusia dan cara penanggulangannya. Contoh dalam bidang pangan gen dapat digunakan untuk membuat bibit-bibit tanaman unggul yang tahan terhadap berbagai macam penyakit dan cuaca ekstrem (kekeringan atau banjir).
Keselarasan antara ilmu genetika dan islam dapat dilihat lebih jauh dari hadist dibawah:
Isma’il menyampaikan kepada kami dari Malik dari Ibn Syihab dari Sa’id bin al-Musayyab dari Abi Hurairah bahwa seorang badui datang menemui Rasul saw. lalu berkata “wahai Rasulullah, istriku melahirkan bayi laki-laki berkulit hitam. “Beliau bertanya, “Apakah engkau punya unta?”. Dia menjawab, “Ya”. Beliau bertanya, “Apa warnanya?” dia menjawab “merah”. Beliau bertanya, “ Adakah yang berwarna keabu-abuan?” dia menjawab “ada”. Beliau kembali bertanya, Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dia menjawab, “menurutku, itu bisa terjadi karena faktor nenek moyang unta itu”. Beliau berkata, bisa jadi nenek moyangmu dulu, ada yang berkulit hitam. (HR. Bukhari nomor 6848).
1.300 tahun berlalu, isi hadist diatas kemudian dibuktikan oleh Gregory Mendel yang meneliti tentang Sifat Hereditas. Pada tahun 1866 Mendel melaporkan hasil penyelidikannya selama bertahun-tahun atas kacang ercis/kapri (Pisum sativum). Melalui eksperimennya, Mendel mendapati bahwa sifat-sifat tertentu diwarisi mengikut corak warna tertentu, hasil eksperimen tersebut membentuk Hukum Mendel. Hukum Mendel juga dapat digunakan pada manusia, untuk melihat garis keturunan seperti hadist diatas (sifat anak diwarisi dari kedua orangtuanya dan leluhur mereka) dan juga dapat digunakan melacak silsilah keluarga yang mengalami kelainan genetik.
Semua hal tersebut menunjukan keselarasan antara ilmu genetika dan islam. "Semuanya telah datang dalam kitab suci ini untuk bimbingan umat manusia”. Al-Qur'an tidak bertentangan dengan sains, Al-Qur'an menegaskan sains dan sains hanya sebagai bagian dari pengetahuan kitab suci Al-Qur'an untuk pemahaman dan bimbingan manusia. (MFR/01)
